Merih alias moriah

By Rahmat Febrianto On Saturday, February 6, 2010 At 6:00 PM

Saya ingat bahwa ayah saya sering menyebut leher ayam dengan "moriah ayam" dalam bahasa kampung kami. Satu kali saya pernah beliau bercerita tentang bagaimana dulu waktu remaja ia mendengar dua orang yang berkelahi di tengah malam. Orang ketiga berteriak kepada salah seorang dari yang berkelahi itu, "Injak se moriahnyo!". Artinya, "Injak saja lehernya!"

Karena saya lebih banyak mendengar kata "moriah" itu diucapkan oleh orang-orang kampung saya di Payakumbuh, saya berpikir bahwa kata itu adalah kata asli kampung kami atau setidaknya kata dari bahasa Minangkabau yang telah tua dan ditinggalkan. Soalnya, saya tidak pernah mendengar kata itu dipakai di Padang.

Namun, beberapa hari yang lalu saya menemukan kata "merih" di dalam buku Three cups of tea. Kata itu digunakan mengacu kepada leher hewan yang akan disembelih. Saya langsung teringat kata "moriah" yang telah lama saya tidak dengar lagi. Saya cek ke kamus dan memang tepat dugaan saya.

merih: kb. tenggorokan; pembuluh nafas.

Saya yakin sekali bahwa "moriah" dalam bahasa Minangkabau-logat-Payakumbuh (Saya tidak tahu dalam logat umum Minangkabau, mungkin "mariah" atau tetap "moriah". Pembaca yang tahu mungkin bisa memberitahu saya melalui halaman komentar.) masuk ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata "merih".

"Merih", kalau kita merujuk ke batang leher kita adalah bagian depan dari leher yang di dalamnya ada saluran makanan dan saluran nafas. Kalau "merih" laki-laki akan ditandai dengan adanya jakun. Makanya, seperti di dalam buku Three cups of tea tadi, merih ini yang disembelih untuk membunuh binatang. Dalam cerita ayah saya, "merih" yang harus diinjak itu sangat mungkin adalah bagian depan leher karena bagian itu tidak bertulang, seperti bagian belakang leher, sehingga lebih mematikan.


Gambar dari sini.


Sleman, Februari 2010

for this post

Leave a Reply